Created by; Alfha Sari Asnawi
Bertahan dalam kebohongan. Rasa peduli itu hanyalah
topeng. Entah siapa diantaranya yang memainkan peran. Semua orang memiliki
watak dalam perbedaan. Dan semuanya memiliki satu kesempatan untuk bermain.
Memainkan kehidupan yang penuh kepalsuan. Cinta adalah api, api yang dibawa
oleh semua orang tanpa diketahui tiap-tiapnya. Yang siap membakar hangus
jiwa-jiwa tanpa taktik dalam berperan.
Hidup penuh dengan senyum orang-orang yang menghujat di
belakang. Semuanya begitu. Manis rupanya tak sesuai dengan jiwanya. Seakan
sangat rindang untuk berteduh, namun penuh kobaran dalam akar serta lapis-lapis
batang. Menjatuhkan daun seakan tertimpa besi berat berkarat nan panas. Bukan
malah bisa tertidur lelap dibawahnya. Hanya menimbulkan luka yang tak nampak
tapi sakit luar biasa.
Berdekatan, berperan saling memerlukan kebersamaan.
Memeluk erat satu dengan yang lain. Seperti saling memeluk bunga mawar. Semakin
erat kau memeluk, bersiaplah untuk tertusuk lebih dalam dan menderita. Satu
adegan ke adegan lain. Cantik rupanya menyembunyikan pisau tajam di belakang.
Pisau yang entah untuk apa ia gunakan. Melukai lawan berperan atau melukai
tangan sendiri.
Tentu tidak mungkin untuk menyakiti diri sendiri. Lebih
baik lawan yang tertusuk pisau tajam daripada diri ini menderita. Tapi apa bisa
dikata jika sang sutradara menghendaki dirinya sendiri untuk terluka. Pemeran
seharusnya tahu apa adegan selanjutnya.
Semilir angin rupanya juga mendatangkan bau tak sedap.
Setiap hembusan mengeluarkan hawa panas. Cinta adalah angin. Yang kapan waktu
kamu bisa mati karena ketiadaan angin. Merasa tiap-tiap orang bermain sendirian
dalam perannya. Semuanya memiliki jarak. Dekat namun sangatlah jauh disana.
Jarak itu adalah KEPALSUAN.
Satu tak mengenali yang lainnya. Jiwanya pun tak bisa
dikenali. Terombang-ambing mengikuti arah arus. Lalu terhempas oleh kerasnya
batu karang di samudera nan luas. Air yang selembut itupun bukan lagi seperti
air. Mengalir, mengikuti jejak sang pemeran utama. Tahukah? Dialah yang
mengatur pemeran lain sesuai kehendaknya.
Dunia masih berjalan seperti biasa. Mungkin hanya duniaku
yang gila. Salah menempatkan jiwa, beginilah akibatnya. Bermain sesuai kehendak
pemeran utama. Tanpa bisa satupun gerakan yang membuat bebas tanpa aturan.
Terhempas, terluka, terombang-ambing tak tentu arah karena apa? KEPALSUAN.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa komentar ya!