Minggu, 21 Januari 2018

Intip Masa Lalu


 “Fokuslah ke depan, jangan pernah lihat ke belakang”

Kalo mau belok juga pasti lihat ke belakang dikit, biar gak nabrak. Ya gak?
Melihat ke belakang bukanlah sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Tujuannya adalah untuk kita sendiri berjaga-jaga agar tidak di serempet orang. Tujuan lain supaya kita tahu siapa saja yang hendak mendahului kita.
Dalam perjalanan menggapai mimpi. Pastinya kita ber-fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan). Akan ada banyak orang-orang yang akan mengejar, berbarengan, atau bahkan mendahului kita. Maka dari itu, kita harus tetap selalu waspada, dan berhati-hati. Dan tetap harus fokus dengan kebaikan yang sudah kita bawa sampai akhir perjalanan.
Suatu hal yang sudah berada jauh dari kita. Suatu hal di belakang kita. Yang tak mampu mengejar, ataupun membersamai kita. Ia disebut masa lalu.
Masa lalu yang selalu kalian galaukan.
Tidak. Tidak.
Masa lalu tidak harus selalu menjadi kegalauan. Masa lalu juga tidak harus menjadi saingan masa depan. Ia hanya berada jauh di belakang kita. Lantas apa yang kita takutkan?
Sesekali melihat masa lalu tidak masalah. Karena tak selamanya kita memiliki masa lalu yang buruk. Pasti ada senang dan rasa bahagianya.
Masa lalu yang bahagia, jadikanlah Ia kenangan dan alasan untuk tersenyum. Kita bisa mengulanginya selagi masih ada waktu. Masa lalu yang buruk, kita bisa jadikan pelajaran. Pelajaran tak melulu soal hitungan ataupun teori. Pengalaman pahit juga bisa dijadikan pembelajaran. Pembelajaran agar kita berhati-hati dalam melangkah. Pengalaman agar kita selalu waspada dalam setiap perjalanan.
Masa lalu pribadi cukup tersimpan dalam hati. Masa lalu kita bersama? Kita bisa bagi dengan banyak orang.
Lalu bagaimana dengan tempat yang kita pijak?
Tempat kita menghirup nafas. Menelan hasil perutnya. Menyicip kebaikan dariNya.
Suatu tempat juga punya masa lalu. Masa lalu yang harus diketahui oleh penduduknya. Masa lalu yang harus diceritakan pada anak-anaknya. Karena mereka juga pantas di ingat. Mereka yang membangun negeri. Mereka yang memperjuangkan hak kehidupan. Mereka yang berjuang untuk kelayakan hidup. Mereka yang berjuang untuk memanusiakan manusia.
Mengintip Masa Lalu
Di terik kala itu. Aku bersama temanku mengumpulkan niat untuk mengunjungi salah satu tempat masa lalu. Tempat semua masa lalu di rangkai menjadi satu cerita. Masa lalu yang akhirnya menjadi sejarah. Sejarah yang bisa kita pelajari dan kita kenang pengorbanannya.
 
 Museum Negeri Bengkulu
Bengkulu. Kota kecil yang belum banyak orang tahu. Kota kecil yang ketika aku Tanya dengan teman-temanku di luar pulau Sumatera, mereka hanya pernah dengar, tidak tahu persis.
Raflesia? Soekarno? Penjahit Merah Putih?
Iya. Itu Bengkulu. Ciri khas Bengkulu yang sudah sebagian orang tahu. Sebagian mereka yang tinggal di pulau Sumatera.
Aku pun tak tahu. Bagaimana persisnya Bengkulu itu. Bagaimana kala Soekarno dan Fatmawati bisa bersua? Aku tak tahu.
Itulah mengapa masa lalu itu tidak boleh tertinggal. Ia hanya menjadi kenangan, tapi tidak untuk dilupakan. Ada banyak pertanyaan jika kau membahas masa lalu. Akan ada banyak pertanyaan jika kau ingin tahu mengapa ada masa depan.
Suatu hal yang aku mulai tertarik kepadanya. Berkunjung ke museum. Istana sejarah. Kita akan tahu banyak hal tentang negeri. Bukan hanya diri sendiri. Bangsa ini perlu anak yang tahu identitasnya sendiri. Bukan yang hanya sibuk selfie lalu bernyanyi. Tapi lebih dari itu.
Replika Tabot Bengkulu
Replika Jongkong. Perahu Bercadik untuk menangkap ikan
Replika Rumah Adat Bengkulu

Mesin cetak zaman dahulu
Museum tak selamanya membosankan dengan penemuan arca dan batu-batu. Tapi asal kenapa bisa terbentuk menjadi seperti itu. Terbuat dari apa? Bagaimana bisa kemampuan berfikir orang dahulu sudah secerdik itu. Padahal itu sudah ratusan tahun lalu.
Intiplah masa lalu sedikit saja. Agar kita lebih peduli dengan masa depan. Apa yang baik kita teruskan. Apa yang belum ada kita tambahkan. Dan apa yang buruk kita jauhkan dan perbaiki dengan yang lebih baik.
Salam Imajinasi!

Bengkulu, 21 Januari 2018. 10.26 pm

22 komentar:

  1. Sayangnya orang banyak yang kurang suka ke museum ya mas, karena dianggap membosankan. Contohnya museum Bengkulu, sepi.........................

    BalasHapus
  2. Boleh dong liat ke belakang kalo ada yang manggil, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. harus dong. jangan sampe salah panggil. hahahah

      Hapus
  3. Rancak bana, gaya bahasanya kece, salam kopi hitam

    BalasHapus
  4. Waahh pujangga... Keren alfha cara penyampaian tulisannya... Iya aku jg suka kok ke museum, dah lama ga kesana lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. pertama kali kesana, sepi. serasa milik sendiri. kalo perginya di weekdays.heheh

      Hapus
  5. masa lalu jangan digalaukan ya kak, yang penting diintip2 aja ya untuk mengenangnya... hehehe

    BalasHapus
  6. kadang bernostalgia itu mampu mengembalikan spirit hidup yg hilang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan juga bisa melihat kesalahan yang lalu agar tidak lagi terulang ke depannya.

      Hapus
  7. Kalo kata lagu, masa lalu biarlah masa lalu~ eaaa

    Btw aku juga suka ke museum Mas, tapi yang ga tampak spooky hehe. Kalo yang begitu mending kabur. *anaknya cupu. Sejauh ini paling suka Ullen Sentalu kalo yang di Indo

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, museum biasanya gak "anak muda banget". makanya banyak kadang yang bosen kalo berkunjung ke museum.

      Hapus
  8. For somehow bernostalgia itu penting untuk perbaikan kita kedepannya. Btw museum Bengkulu sering sepi yaa, mungkin karena agak membosankan. Kalo diberi sesuatu yg menarik dan kekinian pasti banyak yg dateng

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepi banget. kami kemaren aja serasa VIP. heheh

      Hapus
  9. Wah, terakhir kali aku main ke museum ini pas SD kalo gak Salah. Duh udah Lama banget. Pengen deh main lagi. Belajar dari sejarah. Bukan but galau galaun, tapi but pijakan ke masa depan. :)

    BalasHapus
  10. Kalau museumnya bersih, jauh dari kesan spooky, saya suka Mbak

    BalasHapus

Jangan lupa komentar ya!