Rabu, 16 Maret 2016

Bicara tentang Dosen



Desain gambar ; Alfha Sari

 Bicara tentang dosen biasanya identik dengan sang raja, sang penguasa, sang master yang menguasai suatu pelajaran tertentu. Disini aku akan bercerita sedikit mengenai keresahan hatiku selama ini, yang semakin hari semakin siap untuk meledak.
Oke, ada yang bilang dosen itu adalah “dewa”. Kenapa dibilang begitu? Iya, mereka bebas melakukan apapun dengan mahasiswa-nya. Bebas memberikan nilai, bebas membagikan ilmu, dan bebas memberikan punishment/hukuman kepada mahasiswanya.
Ada juga yang bilang “dosen selalu benar”. Contoh kecilnya jika mahasiswa terlambat dimarahi, sedangkan jika dosen terlambat harap dimaklumi.
Bicara dalam sisi dosen. Dosen tugasnya adalah mengajar. Sama kayak guru di sekolah. Mengajar murid, tapi di kampus ranahnya lebih bebas dan santai. Tidak perlu memakai seragam lengkap, yang penting sopan dan pantas.
Tapi jika berbicara dalam sisi mahasiswa. Dosen itu adalah seseorang yang berhak mengatur seperempat hidup dari mahasiswa tersebut. Mahasiswa dituntut untuk selalu menurut apa kata dosen tersebut. Kadang dimata mahasiswa, dosen itu adalah sosok yang menakutkan, yang selalu siap menyiksa mahasiswa kapanpun itu.
Banyak dari temanku yang selalu mengeluh tentang dosen. Mulai dari PHP masuk atau enggaknya, sampe nilai yang sudah diberikan oleh dosen itu. Kadang ada dosen yang gak pernah ngasih kepastian masuk atau tidak. Ada teman yang mengeluh sudah jauh—jauh datang ke kampus, menunggu lama pula, eh dosennya mendadak gak bisa hadir. Dan lebih parahnya itu terjadi setiap minggunya. Alhasil pelajaranpun cuman nangkep sedikit, itupun bagi yang nangkep, kalo gak yaa gak dapet sama sekali.
Ada yang mengeluh dengan tugas yang diberikan. Ada juga yang mengeluhkan tentang hasil nilai yang telah didapat selama semester itu. Nilai yang tidak memuaskan, malah membuat mahasiswa sering sekali menghujat dosen tersebut.
Nah ini yang aku permasalahkan. Seringkali mahasiswa tidak terima dengan hasil yang mereka dapat. Tidak sesuai-lah, apa-lah alasan mereka. Yang aku lihat malah terkadang salah mahasiswa itu sendiri. Kenapa tidak dari awal aktif didalam kelas dan menonjol. Untuk sebuah alasan “absen” saja tidak cukup jika kita menagih hasil yang baik untuk kita.
Aku pernah tidak terima dengan hasilku yang tidak memuaskan. Tapi aku berfikir kembali apa yang aku perbuat selama aku hadir dikelas dosen tersebut. Jujur memang aku malas di pelajaran dosen itu, selalu diam disaat orang lain aktif. wajar jika hasil yang aku terima tidaklah memuaskan.
Jadi intinya, yuk teman seperjuangan, mahasiswa penegak bangsa. Berpositif thinking-lah kepada dosen yang mengajar kita. Saat nilai kita tidak memuaskan, coba ingat-ingat lagi kebelakang apa yang kita perbuat selama di dalam kelas.
Mari sama-sama bersyukur atas apa yang telah kita terima. Jangan sering menghujat dosen, ingat loh dosen adalah tempat kita menerima ilmu. Kalau kita menghujat ataupun negatif thinking sama dosen, mana bisa ilmunya masuk ke kepala kita. Dan ingat juga, untuk menuntut ilmu bisa dimana saja, dengan siapa saja, dan kapan saja.
So bukalah kembali fikiran kita lebih luas untuk menerima ilmu. Selalu positif thinking agar ilmu yang kita dapatkan bisa bermanfaat juga untuk orang lain.
Apa mau kita nantinya mengajar dengan ilmu yang cetek? Kasian dengan murid kita nantinya, karena merekalah generasi penerus bangsa kita. Jadikan diri untuk lebih bersyukur atas apa yang kita punya. Jalani hari dengan sebaik mungkin dan dengan positif thinking terhadap orang lain.
Tulisan ini bukan untuk bermaksud apa-apa. Hanya hendak membagikan cerita dan kegelisahan hati. Ambil sesuatu yang bermanfat didalamnya. Burunya gak usah dipedulikan.
Thanks for reading, salam Imajinasi and see you!

Senin, 14 Maret 2016

Kehidupan Anak Kost



Sumber gambar; id-netblog.blogspot.com

 Banyak sekali suka maupun duka bagi kehidupan para anak kost. Memilih merantau jauh dari pandangan orang tua. Tapi bagiku lebih banyak duka daripada suka. Yaa meskipun begitu anak kost bisa mengurus diri sendiri tanpa orang lain.
Aku sudah hampir dua tahun tinggal di kost sendirian. “Belajar mandiri” kata mamaku. Semua hal dilakukan dengan sendirian. Mulai dari makan, mencuci, tidur, dan segala aktivitas lainnya.
Tanpa terkecuali semua anak kost sepertiku merasakan hal yang sama. Beruntunglah bagi kalian yang masih bisa tinggal bersama dengan orang tua. Tapi bagi kami anak rantauan yang tinggal sendiri karena kuliah maupun kerja, ini semacam melatih diri untuk tidak selalu mengandalkan orang tua.
Hidup didekat orang tua memang mempunyai kebahagiaan sendiri. Tapi kalau terus-terusan bergantung pada orang tua sampai kita dewasa, menurutku kita tidak bisa menjadi dewasa dan mandiri.
Karena hidup tidak selalu bisa bersama. Ada saatnya kita harus berpisah tinggal dengan orang tua. Saat kuliah, kerja ataupun ketika sudah menikah nanti. Tidak mungkin kan kita masih memint kepada orang tua.
Banyak duka-nya daripada suka-nya. Tapi walaupun begitu, anak kost masih bisa menjalani hari-harinya seperti kebanyakan orang lainnya. Disini aku akan menceritakan sebagian kecil duka maupun fakta dari kehidupan anak kost.
1.    Makan tidak teratur ; yaa kalau pola makan tidak teratur, kadang juga makan kadang tidak jangan ditanya lagi, itu pasti anak kost. Selain uang yang harus dibagi untuk mencukupi kebutuhan yang lain, malas juga bisa jadi alasan anak kost, karena gak ada yang ngingetin makan kayak dirumah.
2.   Begadang ; tugas yang banyak bisa jadi penyebab anak kost tidak tidur sampai larut malam. Bisa aja nonton film, kumpul sama kawan, ataupun menghayal sampai larut. Akhirnya kebiasaan tidur malam ini menjadi keterusan setiap hari.
3.   Kantung mata bengkak ; anak kost yang selalu begadang pasti setiap pagi kantung matanya bengkak. Ada juga sampai menghitam karena terlalu capek.
4.   ATM kosong ; aku yakin dan percaya, anak kost pasti jarang yang punya simpanan di ATM diatas 300.000. yaa kalo lagi musim pendaftaran ulang sih, bisa aja ATMnya berjuta-juta. Tapi yakinlah sekalipun uangnya diatas 300.000 itu hanya bertahan sementara. Sisanya pasti kosong, belum lagi dipotong tiap bulan.
5.   Pengeluaran terlalu banyak ; yaa anak kost di bulan pertama menerima uang dari orang tua, pasti gayanya udah kayak orang kaya selangit. Tapi tunggu diakhir bulan, pasti anak kost bikin janji palsu atau tobat cabe “saya janji bulan depan harus hemat”. Kata-kata ini jangan dipercaya kawan, anak kost mudah sekali tergiur dengan sesuatu.
6.   Keinginan lebih diutamakan ; anak kost memang rentan sekali dengan keinginan yang tidak sesuai dengan saku bulanan. Anak kost juga susah membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan. Apalagi kalo udah diajak jalan sama temennya ke supermarket. Mereka berasa kayak fashioNista dan shopaholic gitu.

Nah masih banyak lagi faktanya anak kost. Tapi ini aku ceritakan secara umumnya aja. Aku anak kost, dan aku juga merasakan semua itu. Dan anak kost lainnya pasti merasakan juga.
Tetapi walaupun begitu, masih ada kok suka cita anak kost. Hidup serba cukup menurutku itulah yang membuat kita harus selalu bersyukur dengan apa adanya. Banyak sih dari teman-teman yng lain selalu mengeluh dengan keadaan. Kurang bersyukur hanya akan membuat kita sengsara.
Intinya jalani aja semuanya tanpa beban. Yaa tadi hidup itu harus disyukuri, apapun harus bersyukur. Karena dengan bersyukur kita akan merasa cukup.
Sesuaikanlah gaya hidup kita di rantauan dengan penghasilan orang tua yang menghidupi kita disini. Yakinlah, orang tua lebih susah menghidupi dengan rumah yang berbeda daripada di satu atap yang sama.
Karena saat kita jauh dengan orang tua, setiap detik mereka selalu memikirkan hidup kita disini. “anakku sudah makan apa belum ya?”, “anakku makan apa hari ini ya?”, “disana dia kelaparan tidak ya?”. Pertanyaan seperti itu selalu terlintas di benak orang tua kita.
Tapi mereka tidak bisa berteriak mengatakan itu semua. Mereka hanya bisa berdoa yang terbaik untuk kita disini. Sayangilah orang tua kita, yang setiap hari selalu mendoakan kita. Jika ada satu impianmu terkabul, yakinlah itu adalah satu doa orang tuamu yang dijabah oleh Allah.
Thanks for reading, salam imajinasi! See you!

Kamis, 10 Maret 2016

Katakanlah dengan Hati



Katakanlah dengan hati.
Sampaikanlah dengan tulus.
Ungkapkanlah dengan kejujuran.
Mulutmu harimaumu. Pepatah yang cukup pedas mendengarnya. Seakan apabila tidak kita jaga dia akan mengaum siap menerkam kita sendiri.
Tiga hari berada bersama dengan orang-orang hebat. Aku ikut membantu dalam pelaksanaan Seminar Motivasi, juga dalam rangka promosi kampus. Kampusku yang cukup banyak membuat perubahan dalam diriku.
Disana aku banyak sekali mendapatkan pelajaran, secara langsung ataupun dengan gerak gerik dari mereka. Salah satunya tentang “mulut” kita. Lisan, perkataan yang harus dijaga dengan hati-hati sekali.
Lisan yang apabila berkata dengan orang lain, haruslah dipikirkan juga apa yang kita perbuat. Lisan adalah cerminan diri kita sendiri. Jika berniat untuk menasihati orang lain, haruslah kita layak menjadi panutan terlebih dahulu.
Sehebat apapun kita, jika berkata dengan orang lain tidak sesuai dengan tingkah laku kita itu percuma saja. Ucapan yang baik hendaknya diikuti dengan perbuatan yang baik juga. Bukan malah sebaliknya, sembarangan berkata tapi tidak sesuai dengan perbuatan. Orang malah menganggapnya hanya omongan belaka.
Ucapan dari hati yang memang didasari oleh perbuatan diri, malah lebih dalam menyentuh orang yang mendengarkannya. Ucapkanlah sesuatu dengan kejujuran yang tidak menyakitkan orang lain. Sampaikanlah dengan tulus tanpa mengharapakan sesuatu dari orang lain.
“Ucapkanlah yang baik atau lebih baik diam”
Diam lebih baik apabila kita tidak bisa mengontrol ucapan kita hingga menyakiti orang lain. Kadang diam itu juga lebih baik untuk menghindari masalah yang disebabkan oleh mulut kita sendiri.
Jadi mulai sekarang yuk sama-sama kita menjaga ucapan. Berkata yang baik atau lebih baik diam. Hati-hati dengan mulut yang seperti harimau. Yang siap menerkam kapan saja saat kita salah mengucap.

Minggu, 06 Maret 2016

Belajar dari Mr. Bean!



Sumber gambar: www.toykepo.com

Kadang aku suka bingung dengan semua ini. kenyataan di depan sangatlah berbeda sekali di belakang. Lihat saja pada komedi-nya Mr. Bean. Siapa yang tidak tau dengan sosok kocak yang satu ini.
Semua filmnya bertemakan komedi yang berhasil membuat semua orang tertawa terbahak-bahak. Tingkah lakunya yang kocak memang di tuntut untuk menyuruh orang tertawa tanpa berfikir lagi.
Aku bukan hendak menceritakan kisah hidupnya di dunia nyata. Tapi coba lihat dalam setiap film yang dia perankan. Sosok kocak yang menghibur kita semua. Namun pernahkah kalian berfikir bahwa dia selalu sendirian.
Siapa sangka dibalik komedinya yang kocak. Dia bertujuan untuk membuat penonton setianya tertawa, tapi dia selalu sendiri is that right? Didalam filmnya dia selalu bertingkah bodoh. Layaknya orang idiot yang sama sekali tidak seperti orang normal lainnya.
Dengan ditemani boneka beruang coklat kesayangannya. Kemanapun, setiap gerak-geriknya dia selalu sendiri. Kadang aku merasa bahwa tidak semua orang yang didepan selalu membuat orang lain bahagia, dibelakangnya dia selalu sendiri, kesepian.
Dalam kehidupan kita pasti juga pernah ada di kondisi seperti ini. rasanya seperti saat kita berada ditengah keramaian, tapi seakan kita ingin berteriak “tolong bebaskan aku dari sini”.
Sepi kadang membuat kita jauh lebih baik untuk menenangkan diri dari luka. Kadang bisa juga membuat kita dijauhi semua orang karena keanehan. Akhirnya yang timbul hanya perasaan kesepian tanpa ada seorang pun yang mampu mendengarkan.
Aku lebih memilih untuk sendiri. Dengan hati yang saat ini mudah sekali rapuh. Trauma mungkin aku rasakan. Saat ketulusan dihancurkan karena rasa ingin menjadi besar. Saat keikhlasan dan kepercayaan sudah dikhianati.
Kadang juga aku takut sendiri. Kesendirian yang membuatku lemah. Kesendirian yang membuatku sangat mudah dihancurkan. Kesendirian yang membuatku harus siap apabila suatu saat ditikam musuh dari belakang.
Musuh terbesar biasanya bukan mereka yang sudah jauh hari menyatakan perang dengan kita. Tapi musuh terbesar kadang hadir disekitar kita, lebih dekat dengan kita, dan sudah siap menikam kapan saja tanpa sepengetahuan kita. Hal itu jauh lebih dalam dan sakit membekas didalam hati kita.
Tapi juga musuh terbesar kadang bukan mereka yang berada dekat disekitar hidup kita. Kadang malah musuh terbesar kita lebih dekat dari nadi kita sendiri. Apa itu? Hawa nafsu.
Dia bisa menjatuhkan kita kapan saja. Menghancurkan kita walau sekuat apapun kita. Yang bukan hanya kapanpun bisa menikam kita, melainkan setiap satu hembusan nafas-pun dia berbahaya untuk kita.
Berhati-hatilah dengan hati. Jangan mudah percaya dengan janji. Tetap selalu memperbaiki diri. Selalu menjaga hati agar tidak mudah rapuh dimakan waktu. Percaya dengan diri sendiri lebih baik daripada mempercayai sekitar yang belum tentu benar adanya.
See you and thanks for reading. Salam Imajinasi!