Rabu, 11 Mei 2016

Kuliah Negeri atau Swasta yaa?



Sumber gambar : Goggle image blog.sukawu.com

Masa-masa penantian, dimana seseorang yang sudah menyelesaikan SMA-nya mulai galau dengan satu langkah menuju masa depan. Hal tersulit adalah saat kita harus memilih diantara banyak sekali pilihan. Pengangguran? Kerjaan? Atau berkuliah?
Tentu semua pilihan itu akan sangat berpengaruh sekali terhadap masa depan kita. Salah melangkah sedikit saja, masa depan kita juga akan berubah. Nah disinilah kita dituntut untuk bijaksana dan berfikir dewasa.
Dulu saya juga pernah mengalami masa-masa kegalauan ini. Dilema antara bahagia  dan bingung untuk melangkah kemana. Sesudah pengumuman kelulusan sekolah, otak saya mulai dipenuhi jamur-jamur kebingungan. Semakin lama jamur itu semakin bertumbuh subur. Saya harus menyudahi pertumbuhan jamur tersebut. Atau mau tidak mau saya harus terima kalau otak saya jamuran. Hahah.
Sejak dari SMA, saya memang sudah merencanakan untuk kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tak sedetikpun terbesit pikiran saya untuk memilih bekerja ataupun yang lainnya. Yang saya tahu, saya harus kuliah. Entah itu dimana.
Okee, semua orang tanpa terkecuali pastinya menginginkan berkuliah di kampus negeri. Biaya yang terjangkau dan yang paling utama yaitu ke-“gengsi”-an-nya. Yah, kampus negeri selalu menjadi kebanggaan dan termasuk kampus yang bergengsi.
Saya adalah salah satu orang yang menginginkan berkuliah di kampus negeri. Banyak sekali rencana yang saya impikan saat saya berkuliah di negeri nanti. Tapi sayangnya semua itu hanyalah bualan semata.
Waktu itu saya optimis lulus SNMPTN. Dan hasilnya *BOOMM saya ditolak mentah-mentah oleh dua kampus sekaligus. Emang yaa, yang namanya ditolak itu gak enak.! Saya optimis lagi, menyemangati diri saya bahwa akan ada dua jalur lagi untuk bisa sampai ke kampus negeri, SBMPTN dan UMPTN.
Sebelum mendaftar SBMPTN, saya sempat belajar sedikit-sedikit. Iya emang, saya sedikit sekali belajar. Saya mendownload banyak soal SBMPTN di internet. Saya print sebanyak mungkin, sampai-sampai menghabiskan lebih kurang satu pack kertas HVS. Tapi semua itu percuma, toh saya juga belajarnya sedikit. Dan yang saya lakukan hanya sia-sia.
Saya mencoba untuk ikut tes STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik) di Palembang. Dan soalnya WARBIASAAA itung-itungan semua. Tak ada yang saya kenal satupun saat saya memasuki ruangan ujian, semuanya mempersiapkan diri. Dan nampaknya otak mereka sudah berisi semua. Hanya otak saya mungkin yang masih sedikit isinya. Terlihat dari cara mereka belajar sebelum ujian. Disaat itulah ke-optimis-an saya mulai menciut.
Sesudah pengumuman STIS yang hasilnya Alhamdulillah saya tidak lulus, hahah. Waktu itu saya mulai putus asa dengan semuanya. Saya mulai berfikir rasanya tidak ada  kampus yang mau menerima saya berkuliah. Saya mulai malas dengan semuanya. SBMPTN yang sudah saya daftarkan-pun tidak jadi saya ikuti. Saya mulai malas untuk mengikuti tes. Yang saya mau adalah kuliah tanpa tes, apapun tempatnya.
Saya mulai dilema, dilanda rasa galau akut. Otak ini selalu bertanya Mau kuliah dimana? Akhirnya saya memutuskan unttuk berkuliah di swasta saja. Tapi  saya ingin berkuliah di Jakarta sana, karena kebetulan ada teman saya yang juga berkuliah di Jakarta dan swasta.
Saat semua persiapan sudah selesai. Informasi tentang kampus-kampus swasta di Jakarta sudah saya kumpulkan. Orang tua saya tidak menyetujui saya berkuliah terlalu jauh. Mereka beralasan akan susah untuk menemui saya nantinya.
Otak saya mulai dilanda kegalauan kembali. Sudah pilih tempat kuliah, malah tidak disetujui. Pasrah dengan keadaan, saya-nya nanti yang repot. Jadi harus bagaimana? Sempat ngedrop gara-gara mikiran kuliah. Mungkin gara-gara otak saya terlampau banyak ditumbuhi jamur, alhasil saya down sekali.
Disaat kegalauan itu melanda, saya mulai membereskan buku-buku sekolah saya dulu yang telah usang dimakan zaman. Dan ditengah keasyikan itu, jatuhlah sebuah brosur kampus swasta yang ada di Bengkulu (anggap aja ceritanya kayak di film-film). Saya mulai melihat brosur itu, yang saya ingat, saya mendapatkan brosur itu sewaktu ada promosi di sekolah.
Entah kenapa seketika jamur-jamur yang ada di otak saya hilang, dan membuat saya kembali bisa berfikir jernih. Saya langsung tertuju dengan kampus itu. Dan kebetulan kampus tersebut tidak menggunakan tes untuk masuk, yah namanya juga swasta. Saya meneguhkan hati dan pikiran untuk FIX kuliah dikampus itu.
Setelah saya berbincang-bincang dengan orang tua saya mengenai masa depan saya, akhirnya mereka menyetujui tanpa berat hati lagi. Karena memang Bengkulu tempat yang paling dekat dengan tempat saya.
Dan pada akhirnya, saya berada di tempat ini. Berkuliah ditempat ini, tanpa ada rasa ragu ataupun “salah masuk”. Awalnya memang kampus swasta dipandang sebelah mata oleh orang lain. Tapi saya sudah membuktikan sendiri bahwa pandangan hanyalah pandangan orang yang belum pernah mencoba berkuliah di swasta.
Mereka mungkin berfikir bahwa, masuk dengan mudah itu sama sekali tidak berkualitas. Mungkin jika saya berkuliah di kampus negeri, anggapan saya tentang swasta bisa jadi seperti itu juga. Tapi oleh karena saya berkuliah di swasta, saya berani mengatakan bahwa semua anggapan itu SALAH!!!
Sebenarnya, negeri maupun swasta itu tidak ada bedanya. Mungkin hanya beda “gengsi” saja. Pelajarannya sama, jurusannya sama, dosennya sama-sama manusia, makanannya sama-sama nasi, dan tempat kuliahnya juga sama-sama ada di bumi. Jadi apa yang menjadi spesial diantara keduanya? Saya pikir tidak ada.
Yang membuat kampus itu bagus atau tidaknya adalah kualitas dari orang-orang yang belajar disana. Bukan karena negeri atau tidaknya kampus tersebut. Percuma jika kampus negeri, kebanggaan umat sejagad, kalo mahasiswanya cuman datang duduk diam saja tanpa ada sesuatu yang mem’WOWW’kan kampus.
Jadi intinya, kuliah dimanapun sama saja. Toh kita masih sama-sama ada di bumi. Gak ada yang kuliah di bulan kan? Toh juga nantinya saat bekerja tidak semua orang yang berkuliah di negeri yang diterima. Jika kita dari swasta memang mampu bersaing di dunia kerja, apa salahnya.
Swasta dan negeri hanya masalah title, kebanggaan atau ajang bergengsi saja. Berkuliah di swasta dan tanpa tes masuk bukan berarti kita hina. Yang perlu kita buktikan adalah kualitas diri kita masing-masing.

Penulis bisa ditemukan di:
Facebook/ Fanpage : Blog Sang Pemimpi
Twitter : @alfha_sari4
Line & Instagram : alfhasari

Senin, 09 Mei 2016

Sang Alfha Female



Pembawa acara OSPEK (Masta UMB) 2015. Sumber gambar : Pribadi.

Miris sekaligus bangga melihat bayi kecil nan imut yang bertahan hidup hingga usianya yang beranjak dewasa sekarang. Betapa tidak, saat bayi kecil ini sempat menggegerkan satu keluarga lantaran lemas kehabisan nafas sejenak.
Entah mungkin pingsan atau bagaimana, tapi bayi ini sempat tidak bernafas lagi dan hampir membiru. Dengan usianya yang masih bulanan. Membuat orang tuanya menangis tersedu-sedu melihat kondisi anaknya yang pertama dan satu-satunya. Selang beberapa menit kemudian, bayi kecil ini tertawa dan mulai membaik kembali.
Hingga akhirnya bayi kecil ini bertumbuh menjadi dewasa. Meskipun usianya yng sedang dalam tahap pergantian dari remaja ke dewasa ini masih saja dibilang kecil. Namanya adalah Alfha Sari.
Saya mendapatkan cerita ini dari orang tua saya. Mereka menceritakan kisah kecil saya dahulu, yang sempat membuat mereka khawatir. Yaa, tidak hanya di masa kecil, sekarang pun saya masih sering membuat kedua orang tua saya merasa khawatir.
Syukur Alhamdulillah hingga sekarang saya masih diizinkan Allah untuk melihat dunia. Bersyukur itu memang penting sekali. Apalagi mensyukuri hal-hal kecil, nikmatnya sungguh luar biasa.
Saya bersyukur telah diberikan kehidupan lagi, telah dipercaya untuk menjalankan kehidupan ini. Yang sebelumnya saya sempat membiru dan kehabisan nafas menurut cerita orang tua saya.
Itu artinya saya mampu untuk menjalani hidup ini. Mampu untuk hidup dan berjuang dengan rasa syukur dan tanpa keluhan. Begitulah yang selalu terbawa sampai sekarang. Ibu saya yang selalu mengajari saya bagaimana caranya berjuang tanpa putus asa. Dan ayah saya yang selalu mengajari saya untuk tetap tegar menerima ujian dan cobaan.
Saya bersyukur dikaruniai sepasang malaikat penjaga saya. Mereka yang membesarkan saya hingga sampai detik ini. Itu artinya saya tidak boleh mengecewakan mereka berdua. Apa yang mereka inginkan? Tidak lebih dari melihat anaknya bahagia. Apa yang harus dilakukan? Dengan cara membuat mereka bangga.
Saya anak pertama yang diberi nama ALFHA. Alfha artinya adalah pertama dan pemimpin. Orang tua saya menginginkan saya untuk sukses dunia akhirat. Mampu memimpin diri sendiri dan adik-adik untuk berjuang dalam kebaikan. Saya percaya bahwa saya adalah pemimpin.
Alfha juga dalam bahasa arab yaitu Alfun berarti seribu. Saya mendeskripsikan bahwa saya terlahir untuk menyebar seribu manfaat dan seribu kebaikan untuk orang-orang disekitar. Sungguh nama yang luar biasa dahsyat. Tujuan orang tua tidak lain dan tidak bukan adalah untuk kebaikan. Tidak ada orang tua yang tidak mau anaknya menjadi luar biasa. Saya harus kuat. Saya ditakdirkan oleh Allah untuk bertahan hidup. Tidak boleh mengeluh dan selalu bersyukur setiap waktu.
Begitupun untuk kita semua. Mari kita sama-sama bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Allah mempercayakan kita untuk hidup dan menjalani kehidupan. Itu artinya kita bisa berjuang didunia. Pantang menyerah dan tetap semangat untuk kita semua. Jadilah seorang pemimpin yang mampu memimpin diri sendiri.
Salam Imajinasi dari Sang Pemimpi!

Penulis bisa ditemukan di:
Facebook : Blog Sang Pemimpi
Twitter : @alfha_sari4
Line & Instagram : alfhasari

Jumat, 06 Mei 2016

Kontak Saya

Hay, Nama saya Alfha Sari Asnawi. Saya lahir pada tanggal 4 Oktober 1997. Saya adalah seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Selain mahasiswa saya juga seorang aktivis kampus, blogger, dan penulis.
Saya anak pertama dari empat bersaudara. Ibu saya bernama Elis Komariah dan ayah saya bernama Asnawi. Orang tua saya mempunyai nama anak-anak yang cukup unik, mulai dari saya Alfha Sari, adik perempuan saya yang kedua Betha Sagita Sari, adik laki-laki saya yang ketiga Gama Dian Ramadhan, dan adik laki-laki saya yang terakhir Delta Ripura Mandala.
Nama pena saya sebagai penulis yaitu Sang Pemimpi. Saya ingin sekali menjadi penulis hebat. Saya ingin berkarya lewat media, menjadi inspirator muslimah, dan menginspirasi semua orang.

Untuk sharing atau kepentingan lainnya, penulis bisa ditemukan di:
Facebook/Fanpage : Blog Sang Pemimpi
Twitter : @alfha_sari4
Email: alfhasari@gmail.com
Line & Instagram : alfhasari

Kamis, 05 Mei 2016

Semoga Itu Baik, InsyaAllah!



Sumber gambar : Google image riezelhijazi.blogspot.com

Beberapa waktu yang lalu saya membaca tulisan yang biasa diposting oleh salah satu akun di Line. Dan menurut saya judulnya sangat menarik sekali.
“Semoga itu baik, InsyaAllah”
Sebuah tulisan yang cukup panjang, yang menceritakan kisah seorang Raja dan seorang sahabatnya. Sahabatnya ini cukup dipercaya dikerajaan, dan Ia merupakan sahabat sejati sang raja. Karena Ia selalu ada saat suka maupun duka.
Suatu hari, mereka berdua pergi berburu ke hutan. Sang raja menemukan satu ekor hewan, dan segera ia membidiknya dengan panah. Tapi bidikannya itu melesat. Sang raja pun kesal, dan tiba-tiba ada satu anak panah yang entah darimana menembus tangan sang raja. Dan itu menyebabkan jari kelingkingnya mau tidak mau harus dipotong.
Sahabatnya yang iba melihat sang raja hanya berkata, “Semoga itu baik, InsyaAllah!” Mendengar jawaban sahabatnya yang semudah itu menjawab, sang raja pun murka. Ia malah memasukkan sahabatnya sendiri kedalam penjara kerajaan.
Didalam penjara-pun, sahabat hanya tersenyum dan berkata, “Semoga itu baik, InsyaAllah!” Karena sahabatnya didalam penjara, akhirnya sang raja memutuskan untuk berburu sendiri kedalam hutan. Namun tiba-tiba dia sampai ke suatu daerah yang masyarakatnya merupakan pemuja setan. Mereka menginginkan sang raja menjadi tumbal untuk diberikan kepada setan.
Melihat satu jari sang raja sudah tidak ada, masyarakat pun tidak jadi memberikannya kepada setan untuk tumbal. Karena tumbal itu harus lengkap raganya. Sang raja pun dibebaskan dari hutan.
Ia kembali ke kerajaan dan pergi menemui sahabatnya dan mengeluarkannya dari dalam  penjara. “Wahai sahabat, benar sekali ucapanmu. Dengan jariku yang terpotong dan ragaku yang tidak lengkap, akhirnya aku tidak jadi mati karena menjadi tumbal setan.”
Sahabatnya pun tersenyum mendengar ucapan sang raja. “Lalu, kenapa saat engkau dipenjara, engkau bilang itu baik?” tanya raja kembali.
“Jika aku tidak dipenjara dan ikut berburu bersamamu. Sudah pasti akulah yang akan mati menjadi tumbal setan itu. Karena ragaku yang lengkap!”
***

Apa inti yang bisa kita ambil dari cerita diatas?
SEMOGA ITU BAIK INSYAALLAH!
Tentunya segala sesuatu meskipun itu membuat kita celaka, pasti akan ada hikmah dibalik semuanya. Cerita ini mengajarkan kita bahwa hidup ini harus bersyukur dengan apa adanya. Menerima semua yang telah Allah berikan untuk kita.
Bersabar atas setiap cobaan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Karena dibalik setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan. Karena dibalik cobaan, pasti ada hikmah yang dapat kita petik pelajarannya.
Ada juga cerita lain, yang menceritakan tentang seseorang yang ingin sekali naik pesawat. Dia berjuang dengan sungguh-sungguh mengumpulkan uang hanya untuk bisa naik pesawat.
Saat semuanya dia rasa sudah cukup, ia sudah memesan tiket pesawat dan siap untuk berangkat. Namun ada temannya yang masih menginginkan dia berada ditempat ini. Temannya tidak mau ia pergi kemana-mana. Dia sangat menyayangi temannya dan merasa berat sekali untuk meninggalkannya.
Akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk berangkat. Dia merelakan keinginannya tentunya dengan berat hati demi temannya. Selang beberapa menit kemudian terdengar kabar bahwa pesawat yang hampir saja ditumpanginya tersebut meledak diudara.
Dia begitu bersyukur sekali karena dia tidak jadi berangkat. Karena kalau dia jadi naik pesawat yang sudah diimpikannya itu, mungkin dia sudah mati bersama puing-puing pesawat tersebut diudara.
***

Betapa hikmah itu sungguh sangat tak terduga sekali. Apapun yang sedang kita alami, apapun cobaan yang sedang kita hadapi. Berusahalah untuk tetap sabar. Karena pasti akan ada sesuatu yang indah yang akan diberikan oleh Allah.
Memang terkadang kita menyukai sesuatu tapi Allah tidak meridhoi kita. Bisa jadi juga kita tidak menyukai sesuatu itu, tapi itulah yang terbaik yang diberikan Allah untuk kita. Intinya adalah selalu bersyukur, menerima dengan apa adanya.
Sesuatu yang sangat pahit, akan terasa manisnya di ujung perjalanan apabila Allah menghendaki. Begitupun sebaliknya, saat kita menjalani manisnya kehidupan mungkin akan ada hal buruk yang menimpa kita. Tapi dibalik semua cobaan itu, Allah sudah menyiapkan yang terbaik untuk kita semua.
Selalu bersyukur, selalu semangat menjalani kehidupan tanpa keluhan. Allah selalu ada menjaga kita. Jika kita dekat dengan Allah, tentunya Allah juga akan lebih dekat dengan kita.
Salam Imajinasi dari Sang Pemimpi!

Penulis bisa ditemukan di:
Facebook : Blog Sang Pemimpi
Twitter : @alfha_sari4
Line & Instagram : alfhasari

Rabu, 04 Mei 2016

Teater Kepalsuan


TEATER KEPALSUAN
Created by; Alfha Sari Asnawi


Bertahan dalam kebohongan. Rasa peduli itu hanyalah topeng. Entah siapa diantaranya yang memainkan peran. Semua orang memiliki watak dalam perbedaan. Dan semuanya memiliki satu kesempatan untuk bermain. Memainkan kehidupan yang penuh kepalsuan. Cinta adalah api, api yang dibawa oleh semua orang tanpa diketahui tiap-tiapnya. Yang siap membakar hangus jiwa-jiwa tanpa taktik dalam berperan.
Hidup penuh dengan senyum orang-orang yang menghujat di belakang. Semuanya begitu. Manis rupanya tak sesuai dengan jiwanya. Seakan sangat rindang untuk berteduh, namun penuh kobaran dalam akar serta lapis-lapis batang. Menjatuhkan daun seakan tertimpa besi berat berkarat nan panas. Bukan malah bisa tertidur lelap dibawahnya. Hanya menimbulkan luka yang tak nampak tapi sakit luar biasa.
Berdekatan, berperan saling memerlukan kebersamaan. Memeluk erat satu dengan yang lain. Seperti saling memeluk bunga mawar. Semakin erat kau memeluk, bersiaplah untuk tertusuk lebih dalam dan menderita. Satu adegan ke adegan lain. Cantik rupanya menyembunyikan pisau tajam di belakang. Pisau yang entah untuk apa ia gunakan. Melukai lawan berperan atau melukai tangan sendiri.
Tentu tidak mungkin untuk menyakiti diri sendiri. Lebih baik lawan yang tertusuk pisau tajam daripada diri ini menderita. Tapi apa bisa dikata jika sang sutradara menghendaki dirinya sendiri untuk terluka. Pemeran seharusnya tahu apa adegan selanjutnya.
Semilir angin rupanya juga mendatangkan bau tak sedap. Setiap hembusan mengeluarkan hawa panas. Cinta adalah angin. Yang kapan waktu kamu bisa mati karena ketiadaan angin. Merasa tiap-tiap orang bermain sendirian dalam perannya. Semuanya memiliki jarak. Dekat namun sangatlah jauh disana. Jarak itu adalah KEPALSUAN.
Satu tak mengenali yang lainnya. Jiwanya pun tak bisa dikenali. Terombang-ambing mengikuti arah arus. Lalu terhempas oleh kerasnya batu karang di samudera nan luas. Air yang selembut itupun bukan lagi seperti air. Mengalir, mengikuti jejak sang pemeran utama. Tahukah? Dialah yang mengatur pemeran lain sesuai kehendaknya.
Dunia masih berjalan seperti biasa. Mungkin hanya duniaku yang gila. Salah menempatkan jiwa, beginilah akibatnya. Bermain sesuai kehendak pemeran utama. Tanpa bisa satupun gerakan yang membuat bebas tanpa aturan. Terhempas, terluka, terombang-ambing tak tentu arah karena apa? KEPALSUAN.