This is my Mom |
Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat memperingati Hari
Pendidikan Nasional. Hardiknas sendiri diperingati setiap tanggal 2 Mei.
Bertepatan dengan hari lahir Ki Hajar Dewantara atau yang sering kita sebut
dengan Bapak Pendidikan. Siapa yang tidak tahu dengan sosok pahlawan yang satu
ini. Anak SD pun tahu, karena sering sekali fotonya dipajang didalam kelas.
Hanya saja mungkin kita masih belum tahu sejarah tentang Beliau.
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang lebih kita kenal dengan
Ki Hajar Dewantara. Dijuluki Bapak Pendidikan Nasional karena ajaran/semboyannya
yang luar biasa. Tut Wuri Handayani (dibelakang memberi dorongan), Ing Madya
Mangun Karsa (ditengah memberi semangat), dan Ing Ngarsa Sung Tuladha (didepan
memberi contoh). Selanjutnya Tut Wuri Handayani terdapat dalam lambang
pendidikan baju sekolah kita.
Begitulah sekilas tentang Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai
Bapak Pendidikan Nasional. Berbicara mengenai pendidikan, tentu kita semua
pertama kali mengenal pendidikan didalam lingkungan keluarga. Dan yang paling
berperan dalam pengenalan pendidikan utama dari orang tua.
Biasanya yang paling dekat emosionalnya dengan kita yaitu ibu.
Saya pernah membaca bahwa pendidikan utama itu dari ibu kita. Maka dari itu,
seorang ibu haruslah cerdas dalam mendidik anak-anaknya.
Sosok inspiratif yang saya kagumi dan sampai saat ini saya
banggakan yaitu Mama. Mama saya mengajarkan secara tidak langsung pentingnya
pendidikan untuk kita sebagai wanita.
Karena kebetulan Mama saya adalah seorang pendidik. Dan yang
dididik bukan hanya anak-anaknya, tetapi anak-anak calon penerus bangsa. Saya
terinspirasi dari Beliau, dengan kegigihan Beliau memperbaiki status keluarga.
Karena pada saat itu hanya Mama saya yang berhasil menyelesaikan pendidikan
hingga ke jenjang tinggi dan menjadi pendidik hingga saat ini.
Untuk menyelesaikan pendidikan tinggi, tentunya keluarga Mama saya
bukanlah orang yang berada. Berulang kali beliau bercerita tentang
perjuangannya melawan arus kehidupan.
Arus panjang ke-tidak-mampuan dalam materi tak menyurutkan niatnya
untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Dari kecil Beliau sudah dikenalkan
dengan pahitnya kehidupan, sudah dikenalkan untuk mencari materi sendiri.
Hal itu tak membuatnya mengeluh ataupun
menyerah dan membiarkannya terseret arus kehidupan. Beliau mampu bangkit
sendiri, menjalani suka duka kehidupan dan menikmati sisa-sisa luka yang hampir
mengering.
Perjuangannya sungguh menginspirasi saya,
bahwa materi bukanlah penghalang untuk mendapatkan pendidikan
setinggi-tingginya. Bahwa lingkungan atau kondisi keluarga yang tak mampu
bukanlah penghalang untuk membebaskan diri dari belenggu kebodohan.
Keberhasilan itu tergantung pada mampu atau
tidaknya diri kita melawan arus tersebut. Jika diri kita merasa tidak mampu dan
memilih berhenti, maka siap-siap untuk terseret arus yang entah sampai dimana
muaranya.
Saya akan selalu mengingat perjuangan Mama
saya hingga Ia bisa menjadi seperti sekarang. Tentunya dengan mengingat hal
yang pahit, bisa menjadi acuan semangat kita untuk terus bergerak. Karena jika
kita tidak bergerak dan memilih diam ditempat, kita akan tenggelam di derasnya
arus kehidupan.
Selamat memperingati Hari Pendidikan
Nasional!
Penulis bisa ditemukan di:
Facebook : Blog Sang Pemimpi
Twitter : @alfha_sari4
Email : alfhasari@gmail.com
Line & Instagram : alfhasari