![]() |
Buku Pertama Saya |
Saya adalah seseorang mahasiswa yang tak tentu arah. Menjadi mahasiswa
yang setiap harinya kupu-kupu (Kuliah Pulang-Kuliah Pulang). Tidak ada sesuatu
yang menarik yang bisa saya kerjakan kecuali kuliah, kuliah dan kuliah.
Kebanyakan mahasiswa seperti saya menghabiskan waktu untuk jalan-jalan,
nonton, belanja, bergonta-ganti gaya, dan semacamnya. Berbeda dengan saya yang
keseharian waktu saya habiskan didalam kost.
Dengan keseharian saya yang itu-itu saja, membuat saya merasa
bosan. Kehidupan yang monoton, tanpa gairah semangat. Berdiam diri didalam
kost, tanpa ada yang dikerjakan. Hanya tidur-tiduran, makan, nonton film, dan
main handphone selama berjam-jam.
Hal ini membuat hati dan pikiran saya memberontak seolah berkata, “Torehkanlah
warna dikehidupanmu!” Saya berfikir dan mencari cara bagaimana agar hidup saya
tidak monoton seperti ini lagi.
Saya harus bebas, saya harus bisa menjangkau dunia luas. Tapi ada
yang mengganjal dihati saya, bagaimana caranya?
Suatu hari saya menghadiri seminar yang diadakan oleh salah satu
UKM di kampus saya. Yang hadir tidak ramai dan tidak juga terlalu sepi. Termasuk
saya yang penasaran dengan seminar itu.
Seminar itu bertemakan tentang pengembangan diri “Who Am I?”. Saya
tertarik dengan judulnya untuk lebih mengenal diri sendiri. Ini merupakan
seminar pertama yang saya ikuti selama saya berada di kampus ini.
Terlebih lagi karena kebetulan seminar ini diadakan secara gratis.
Saya pun ingin ikut dan mengetahui bagaimana sih isi dari seminar ini. Saya
berharap nanti ada yang dapat saya peroleh sesudah saya mengikuti seminar ini.
Seminar dibuka terlebih dahulu oleh ketua panitia dari UKM. Saking
semangatnya mengikuti seminar perdana, saya memilih duduk di bangku paling
depan. Karena memang saya terbiasa duduk selalu didepan.
Ketua panitia UKM ini merupakan mahasiswa kampus saya yang
sebentar lagi akan lulus. Beliau juga kabarnya diberikan beasiswa oleh universitas
untuk melanjutkan kuliah pascasarjananya di Jakarta. Namun sayangnya sampai
detik ini saya lupa siapa nama ketua panitia itu.
Sebelum mulai ke materi pertama, beliau memberikan kami sedikit
penjelasan tentang tema seminar. Dan beliau juga memberikan satu permainan
intermezzo untuk kami, para peserta seminar.
Beliau memegang sebuah buku dan menunjukkannya kepada kami. Beliau
berkata bahwa buku ini merupakan buku pertama yang Ia beli dan Ia baca. Dan buku
itu akan diberikannya kepada kami.
Beliau menawarkan kepada kami, jikalau mau buku itu silahkan maju
ke depan. Seakan bukan perintah, tidak ada yang berani maju ke depan termasuk
saya. Beliau mengulang-ulang lagi tawarannya. Dan akhirnya saya berinisiatif
untuk mengambil buku itu.
Saya maju kedepan dengan langkah yang masih sangat ragu. Beliau
tersenyum dan langsung memberikan buku itu kepada saya. Beliau juga berkata, “semoga
buku itu nantinya dapat membawa perubahan untukmu!” Semua peserta bertepuk
tangan atas buku yang sudah diberikan kepada saya.
Tidak hanya itu, beliau juga berpesan agar banyak-banyak membaca. Terasa
sekali dampaknya saat beliau bertanya kepada kami secara mengerucut. Berapa buku
yang kalian baca selama sebulan? Tidak ada yang menjawab. Berapa buku yang
kalian baca selama seminggu? Tidak ada juga yang menjawab. Berapa lembar yang
kalian baca setiap hari? Juga tidak ada yang menjawab sama sekali.
Itu artinya bahwa tidak ada satupun peserta seminar yang membaca. Termasuk
juga saya, saya tidak pernah membaca buku. Pun kalau membaca hanya buku paket
pelajaran saja.
Sesudah menghadiri seminar itu, tentu saja saya mengalami
perubahan. Apalagi sejak saya mendapatkan buku itu. Buku itu merupakan buku
pertama yang saya terima. Dan juga merupakan buku pertama yang saya baca.
Sejak saat itulah saya mulai melakukan perubahan dalam diri saya. Dengan
rajin membaca buku. Saya jadi suka ke gramedia untuk membeli buku. Meskipun per
harinya saya masih membaca selembar demi selembar. Tetapi buku itulah yang
mampu memotivasi saya sampai sekarang.
Selain membaca, saya mulai mencoba untuk menulis. Menulis tentang
apapun. Sebenarnya dari SMP saya memang gemar menulis. Tapi kegemaran itu tidak
saya lanjutkan dan itu membuat hidup saya selama berkuliah menjadi monoton.
Saya mulai menulis lagi, menulis cerpen, puisi maupun curhatan
lainnya. Saya mulai membuat blog untuk saya isi dengan hasil tulisan saya. Tetapi
blog saya hanya bersifat sementara.
Berulang kali saya menghapus blog yang saya buat. Karena saya
pikir tulisan saya belum layak untuk di publikasikan. Terkadang juga saya
membuat blog kembali dan saya isi lagi dengan tulisan. Begitulah seterusnya,
buat-hapus buat-hapus blog saya lakukan selama saya berkuliah.
Entah kenapa semakin lama keinginan saya untuk menulis semakin
kuat. Saya mengikuti berbagai pelatihan menulis. Mulai dari yang gratis dari
kelas menulis online, sampai yang berbayar mahal.
Saya begitu termotivasi untuk menulis. Sebelumnya saya tidak
pernah bermimpi untuk menjadi seorang penulis. Tapi semakin lama, tekad saya
semakin kuat bahwa saya harus menjadi seorang penulis.
Sampai saat ini saya selalu berlatih menulis. Sampai akhirnya
nanti saya bisa melahirkan karya-karya saya dan menginspirasi banyak orang.
Entah kenapa dalam dunia kepenulisan ini saya menemukan jati diri
saya. Saya selalu mencari-cari tentang kepenulisan. Selain sebagai mahasiswa,
saya juga mengisi kegiatan saya sehari-hari untuk menulis.
Tentu saja buku-buku yang saya beli sudah banyak terkumpul di meja
belajar saya. Saya selalu membaca buku. Lebih lagi saya menjadwalkan buku yang harus
saya beli dan baca, minimal dua buku dalam satu bulan.
Berkat satu buah buku pertama itu, merubah semua kehidupan saya. Saya
menjadi termotivasi untuk menjadi seorang penulis. Kehidupan saya sekarang
mulai bergairah dan bersemangat. Tentu saja saya harus tetap optimis dan
menjaga konsistensi saya dalam menulis.
Perubahan besar yang terjadi dalam hidup saya. Tentu hanya karena
satu buah buku. Terimakasih untuk Ketua Panitia yang saya lupa dengan namanya. Semoga
Beliau selalu sukses dalam kehidupannya. Aamiin.
Lomba ini diikutsertakan dalam lomba menulis di blog Mukhofasalfikri.com dengan tema menulis pengalaman membaca
Inilah yang disebuat Perubahan sebenarnya.
BalasHapusSuka banget sama cara menjabarkan perjalanan tentang manfaat dari membaca.
Aku sendiri bukan termasuk orang yang suka (pake banget) dalam urusanan membaca. Aku lebih senang mengamati, menulis dan membuatnya menjadi sebuah karya.
Tapi, tetap. Membaca punya sensasi sendiri dibandingkan dengan yang aku lakukan. Karena, membaca biasanya akan membuka sebagian pikiran untuk diajak berimajinasi. Begitulah hebatnya manfaat membaca. Gak cuman urusan membaca itu harus punya target. Tapi, ini tentang manfaat itu sendiri.
Salut deh, dari mulai yang males-malesan dan dapet buku pertama. Terus, sekarang udah jadi penulis di blognya sendiri. Sukses buat Sang Pemimpi.. :)
Alhamdulillah bersyukur banget, untuk sesuatu yang membuat perubahan kadang memang tak bisa diprediksi.
Hapus