Kamis, 05 Mei 2016

Semoga Itu Baik, InsyaAllah!



Sumber gambar : Google image riezelhijazi.blogspot.com

Beberapa waktu yang lalu saya membaca tulisan yang biasa diposting oleh salah satu akun di Line. Dan menurut saya judulnya sangat menarik sekali.
“Semoga itu baik, InsyaAllah”
Sebuah tulisan yang cukup panjang, yang menceritakan kisah seorang Raja dan seorang sahabatnya. Sahabatnya ini cukup dipercaya dikerajaan, dan Ia merupakan sahabat sejati sang raja. Karena Ia selalu ada saat suka maupun duka.
Suatu hari, mereka berdua pergi berburu ke hutan. Sang raja menemukan satu ekor hewan, dan segera ia membidiknya dengan panah. Tapi bidikannya itu melesat. Sang raja pun kesal, dan tiba-tiba ada satu anak panah yang entah darimana menembus tangan sang raja. Dan itu menyebabkan jari kelingkingnya mau tidak mau harus dipotong.
Sahabatnya yang iba melihat sang raja hanya berkata, “Semoga itu baik, InsyaAllah!” Mendengar jawaban sahabatnya yang semudah itu menjawab, sang raja pun murka. Ia malah memasukkan sahabatnya sendiri kedalam penjara kerajaan.
Didalam penjara-pun, sahabat hanya tersenyum dan berkata, “Semoga itu baik, InsyaAllah!” Karena sahabatnya didalam penjara, akhirnya sang raja memutuskan untuk berburu sendiri kedalam hutan. Namun tiba-tiba dia sampai ke suatu daerah yang masyarakatnya merupakan pemuja setan. Mereka menginginkan sang raja menjadi tumbal untuk diberikan kepada setan.
Melihat satu jari sang raja sudah tidak ada, masyarakat pun tidak jadi memberikannya kepada setan untuk tumbal. Karena tumbal itu harus lengkap raganya. Sang raja pun dibebaskan dari hutan.
Ia kembali ke kerajaan dan pergi menemui sahabatnya dan mengeluarkannya dari dalam  penjara. “Wahai sahabat, benar sekali ucapanmu. Dengan jariku yang terpotong dan ragaku yang tidak lengkap, akhirnya aku tidak jadi mati karena menjadi tumbal setan.”
Sahabatnya pun tersenyum mendengar ucapan sang raja. “Lalu, kenapa saat engkau dipenjara, engkau bilang itu baik?” tanya raja kembali.
“Jika aku tidak dipenjara dan ikut berburu bersamamu. Sudah pasti akulah yang akan mati menjadi tumbal setan itu. Karena ragaku yang lengkap!”
***

Apa inti yang bisa kita ambil dari cerita diatas?
SEMOGA ITU BAIK INSYAALLAH!
Tentunya segala sesuatu meskipun itu membuat kita celaka, pasti akan ada hikmah dibalik semuanya. Cerita ini mengajarkan kita bahwa hidup ini harus bersyukur dengan apa adanya. Menerima semua yang telah Allah berikan untuk kita.
Bersabar atas setiap cobaan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Karena dibalik setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan. Karena dibalik cobaan, pasti ada hikmah yang dapat kita petik pelajarannya.
Ada juga cerita lain, yang menceritakan tentang seseorang yang ingin sekali naik pesawat. Dia berjuang dengan sungguh-sungguh mengumpulkan uang hanya untuk bisa naik pesawat.
Saat semuanya dia rasa sudah cukup, ia sudah memesan tiket pesawat dan siap untuk berangkat. Namun ada temannya yang masih menginginkan dia berada ditempat ini. Temannya tidak mau ia pergi kemana-mana. Dia sangat menyayangi temannya dan merasa berat sekali untuk meninggalkannya.
Akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk berangkat. Dia merelakan keinginannya tentunya dengan berat hati demi temannya. Selang beberapa menit kemudian terdengar kabar bahwa pesawat yang hampir saja ditumpanginya tersebut meledak diudara.
Dia begitu bersyukur sekali karena dia tidak jadi berangkat. Karena kalau dia jadi naik pesawat yang sudah diimpikannya itu, mungkin dia sudah mati bersama puing-puing pesawat tersebut diudara.
***

Betapa hikmah itu sungguh sangat tak terduga sekali. Apapun yang sedang kita alami, apapun cobaan yang sedang kita hadapi. Berusahalah untuk tetap sabar. Karena pasti akan ada sesuatu yang indah yang akan diberikan oleh Allah.
Memang terkadang kita menyukai sesuatu tapi Allah tidak meridhoi kita. Bisa jadi juga kita tidak menyukai sesuatu itu, tapi itulah yang terbaik yang diberikan Allah untuk kita. Intinya adalah selalu bersyukur, menerima dengan apa adanya.
Sesuatu yang sangat pahit, akan terasa manisnya di ujung perjalanan apabila Allah menghendaki. Begitupun sebaliknya, saat kita menjalani manisnya kehidupan mungkin akan ada hal buruk yang menimpa kita. Tapi dibalik semua cobaan itu, Allah sudah menyiapkan yang terbaik untuk kita semua.
Selalu bersyukur, selalu semangat menjalani kehidupan tanpa keluhan. Allah selalu ada menjaga kita. Jika kita dekat dengan Allah, tentunya Allah juga akan lebih dekat dengan kita.
Salam Imajinasi dari Sang Pemimpi!

Penulis bisa ditemukan di:
Facebook : Blog Sang Pemimpi
Twitter : @alfha_sari4
Line & Instagram : alfhasari

Rabu, 04 Mei 2016

Teater Kepalsuan


TEATER KEPALSUAN
Created by; Alfha Sari Asnawi


Bertahan dalam kebohongan. Rasa peduli itu hanyalah topeng. Entah siapa diantaranya yang memainkan peran. Semua orang memiliki watak dalam perbedaan. Dan semuanya memiliki satu kesempatan untuk bermain. Memainkan kehidupan yang penuh kepalsuan. Cinta adalah api, api yang dibawa oleh semua orang tanpa diketahui tiap-tiapnya. Yang siap membakar hangus jiwa-jiwa tanpa taktik dalam berperan.
Hidup penuh dengan senyum orang-orang yang menghujat di belakang. Semuanya begitu. Manis rupanya tak sesuai dengan jiwanya. Seakan sangat rindang untuk berteduh, namun penuh kobaran dalam akar serta lapis-lapis batang. Menjatuhkan daun seakan tertimpa besi berat berkarat nan panas. Bukan malah bisa tertidur lelap dibawahnya. Hanya menimbulkan luka yang tak nampak tapi sakit luar biasa.
Berdekatan, berperan saling memerlukan kebersamaan. Memeluk erat satu dengan yang lain. Seperti saling memeluk bunga mawar. Semakin erat kau memeluk, bersiaplah untuk tertusuk lebih dalam dan menderita. Satu adegan ke adegan lain. Cantik rupanya menyembunyikan pisau tajam di belakang. Pisau yang entah untuk apa ia gunakan. Melukai lawan berperan atau melukai tangan sendiri.
Tentu tidak mungkin untuk menyakiti diri sendiri. Lebih baik lawan yang tertusuk pisau tajam daripada diri ini menderita. Tapi apa bisa dikata jika sang sutradara menghendaki dirinya sendiri untuk terluka. Pemeran seharusnya tahu apa adegan selanjutnya.
Semilir angin rupanya juga mendatangkan bau tak sedap. Setiap hembusan mengeluarkan hawa panas. Cinta adalah angin. Yang kapan waktu kamu bisa mati karena ketiadaan angin. Merasa tiap-tiap orang bermain sendirian dalam perannya. Semuanya memiliki jarak. Dekat namun sangatlah jauh disana. Jarak itu adalah KEPALSUAN.
Satu tak mengenali yang lainnya. Jiwanya pun tak bisa dikenali. Terombang-ambing mengikuti arah arus. Lalu terhempas oleh kerasnya batu karang di samudera nan luas. Air yang selembut itupun bukan lagi seperti air. Mengalir, mengikuti jejak sang pemeran utama. Tahukah? Dialah yang mengatur pemeran lain sesuai kehendaknya.
Dunia masih berjalan seperti biasa. Mungkin hanya duniaku yang gila. Salah menempatkan jiwa, beginilah akibatnya. Bermain sesuai kehendak pemeran utama. Tanpa bisa satupun gerakan yang membuat bebas tanpa aturan. Terhempas, terluka, terombang-ambing tak tentu arah karena apa? KEPALSUAN.

Senin, 02 Mei 2016

Sosok Inspiratif itu adalah Mama



This is my Mom

Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional. Hardiknas sendiri diperingati setiap tanggal 2 Mei. Bertepatan dengan hari lahir Ki Hajar Dewantara atau yang sering kita sebut dengan Bapak Pendidikan. Siapa yang tidak tahu dengan sosok pahlawan yang satu ini. Anak SD pun tahu, karena sering sekali fotonya dipajang didalam kelas. Hanya saja mungkin kita masih belum tahu sejarah tentang Beliau.
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang lebih kita kenal dengan Ki Hajar Dewantara. Dijuluki Bapak Pendidikan Nasional karena ajaran/semboyannya yang luar biasa. Tut Wuri Handayani (dibelakang memberi dorongan), Ing Madya Mangun Karsa (ditengah memberi semangat), dan Ing Ngarsa Sung Tuladha (didepan memberi contoh). Selanjutnya Tut Wuri Handayani terdapat dalam lambang pendidikan baju sekolah kita.
Begitulah sekilas tentang Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Berbicara mengenai pendidikan, tentu kita semua pertama kali mengenal pendidikan didalam lingkungan keluarga. Dan yang paling berperan dalam pengenalan pendidikan utama dari orang tua.
Biasanya yang paling dekat emosionalnya dengan kita yaitu ibu. Saya pernah membaca bahwa pendidikan utama itu dari ibu kita. Maka dari itu, seorang ibu haruslah cerdas dalam mendidik anak-anaknya.
Sosok inspiratif yang saya kagumi dan sampai saat ini saya banggakan yaitu Mama. Mama saya mengajarkan secara tidak langsung pentingnya pendidikan untuk kita sebagai wanita.
Karena kebetulan Mama saya adalah seorang pendidik. Dan yang dididik bukan hanya anak-anaknya, tetapi anak-anak calon penerus bangsa. Saya terinspirasi dari Beliau, dengan kegigihan Beliau memperbaiki status keluarga. Karena pada saat itu hanya Mama saya yang berhasil menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang tinggi dan menjadi pendidik hingga saat ini.
Untuk menyelesaikan pendidikan tinggi, tentunya keluarga Mama saya bukanlah orang yang berada. Berulang kali beliau bercerita tentang perjuangannya melawan arus kehidupan.
Arus panjang ke-tidak-mampuan dalam materi tak menyurutkan niatnya untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Dari kecil Beliau sudah dikenalkan dengan pahitnya kehidupan, sudah dikenalkan untuk mencari materi sendiri.
Hal itu tak membuatnya mengeluh ataupun menyerah dan membiarkannya terseret arus kehidupan. Beliau mampu bangkit sendiri, menjalani suka duka kehidupan dan menikmati sisa-sisa luka yang hampir mengering.
Perjuangannya sungguh menginspirasi saya, bahwa materi bukanlah penghalang untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Bahwa lingkungan atau kondisi keluarga yang tak mampu bukanlah penghalang untuk membebaskan diri dari belenggu kebodohan.
Keberhasilan itu tergantung pada mampu atau tidaknya diri kita melawan arus tersebut. Jika diri kita merasa tidak mampu dan memilih berhenti, maka siap-siap untuk terseret arus yang entah sampai dimana muaranya.
Saya akan selalu mengingat perjuangan Mama saya hingga Ia bisa menjadi seperti sekarang. Tentunya dengan mengingat hal yang pahit, bisa menjadi acuan semangat kita untuk terus bergerak. Karena jika kita tidak bergerak dan memilih diam ditempat, kita akan tenggelam di derasnya arus kehidupan.
Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional!

Penulis bisa ditemukan di:
Facebook : Blog Sang Pemimpi
Twitter : @alfha_sari4
Line & Instagram : alfhasari

Minggu, 01 Mei 2016

Ayokk Jadi Penulis!!!



Sumber gambar : Google Image columbiadailyherald.com

Hay semuanya apa kabar?
Beberapa hari yang lalu ada yang bertanya dengan saya, “Fha, bagaimana cara membuat blog? Saya ingin mencoba menjadi penulis!”
Alhamdulillah ada beberapa orang yang termotivasi untuk menulis juga. Meskipun mungkin bukan saya sebagai sumber inspirasi mereka. Tapi setidaknya ada teman-temanku yang ingin jadi penulis juga.
Mungkin dibayangan kita, menulis itu harus mempunyai blog terlebih dahulu. I dont thik so! Blog itu hanya sebagai fasilitas atau wadah menuangkan karya kita. Dalam hal ini yaitu menulis.
Ingin menulis tidak harus mempunyai blog. Jadi maksudnya tidak harus dipaksakan harus buat blog dulu baru mau menulis.
Membuat blog itu mudah sekali. Semudah membuat akun facebook. Kita bisa searching diinternet cara membuat blog. Jika kita ingin menulis, sebaiknya jangan terlalu dipikirkan tentang bagaimana cara membuat blog.
Yang harus ditekankan disini adalah menulisnya. Saya sendiri belum bisa dikatakan penulis karena masih dalam tahap belajar menulis. Tapi disini saya akan memberikan sedikit pengetahuan saya tentang menulis.
Menulis itu sesuatu yang kita tuangkan dalam bentuk kata-kata menjadi sebuah tulisan. Yaa kurang lebih seperti itu pengertiannya. Maafkan saya yang sekarang jika pengertiannya kurang dapat dipahami.
Ada beberapa syarat versi saya yang harus dilakukan untuk menulis:
1.   Mencintai
Untuk menjadi penulis, syarat utamanya adalah mencintai. Mencintai kegiatan tulis menulis. Otak kita tidak akan mampu menuangkan kata-kata jika kita tidak mencintai apa yang akan kita lakukan.
“Sama kayak kamu pacaran sama dia, percuma kalo kamu gak cinta!”
Upss. Begitu juga dengan otak kita. Sesuatu yang dipaksakan, hasilnya tidak akan sempurna. Menulis itu kegiatan yang menyenangkan, jika kita cinta menulis. Memang segala sesuatu harus dimulai dari hati agar hasilnya sempurna, termasuk juga menulis.
2.   Menulis
Yaa, saya jadi ingat kata-kata Kevin Anggara dalam videonya. Disana ada salah satu fansnya bertanya “Kak Kevin, gimana caranya jadi penulis?” Dengan santainya Kevin menjawab “Yaa nulis!”
Saya sangat sependapat dengannya. Bagaimana cara jadi penulis yaaa menulis. Kalau kita bertanya cara jadi penulis tapi kita malah membuat kue itu namanya gak nyambung.
Saat kita sudah membangun niat jadi penulis dan mulai mencintai dunia menulis. Sekaranglah untuk take action. Dengan apa? Menulis! Ayokk sama-sama kita mulai untuk menulis sekarang juga. Menulis apapun yang ada didalam otak kita. Apapun! Tidak ada yang melarang kita untuk menulis. Tulis semuanya, apapun, bebas!
3.   Konsisten
Niat sudah menggebu-gebu dalam menulis. Sekarang saatnya kita harus konsisten terhadap pekerjaan kita. Apa pekerjaan kita? Sebagai penulis. Tidak mungkin Ia dikatakan penulis jika Ia hanya satu kali menulis.
Jadi kita harus perbanyak latihan menulis dan harus konsisten. Konsisten disini kita harus berjanji pada diri kita sendiri untuk selalu menulis tanpa kita tinggalkan.
4.   Tuangkan dalam wadah
Jika sudah konsisten untuk terus berlatih menulis. Kita bisa menuangkan karya kita ke dalam wadah, bisa dalam bentuk buku, video, atau blog. Nah baru kita bahas tentang blog. Ingat, blog itu hanyalah wadah untuk tulisan kita. Bukan berarti tidak ada blog kita tidak jadi menulis. Itu salah besar!
Sudah saya katakan sebelumnya, untuk membuat blog semudah membuat akun facebook. Saya rasa kita semua disini punya akun facebook dan pernah membuat akunnya sendiri, iya kan?
Menurut saya sebagai sang blogger sejati, blog itu sangat bermanfaat sekali untuk kita penulis. Kita bisa menjaga konsistensi kita dalam menulis lewat blog. Ayokkk sama-sama kita memposting tulisan kita kedalam blog. Buat semua orang tahu kalau kita adalah penulis. Buat jadwal tersendiri untuk postingan, misalnya dua kali seminggu, tiga kali seminggu, atau mungkin setiap hari. Dengan begitu, kita dapat melatih kemampuan menulis kita secara produktif dan teratur.

Ingat! Jangan malu-malu untuk mempublikasikan karya kita ke semua orang. Meskipun tulisan kita tak sebagus penulis sekelas Raditya Dika, Andrea Hirata ataupun Dee Lestari. Kita melatih kemampuan menulis untuk bisa sama dengan mereka. Tentu saja untuk setara dengan penulis hebat butuh proses yang tidak instan.
Jangan dengarkan apa kata orang lain, kecuali itu bersifat membangun. Hiraukan orang yang bisanya cuman mencibir dari belakang dan menjatuhkan kita. Orang lain hanya bisa melihat hasil tanpa mempedulikan proses panjang yang kita buat.
Ayokk sama-sama kita menulis. Bagikan tulisanmu pada dunia. Buatlah dunia tahu bahwa kita adalah seorang penulis.  Penulis yang nantinya bermanfaat untuk sesama dan mampu menginspirasi orang lain.
Salam Imajinasi dari Sang Pemimpi!
Sampai jumpa di postingan berikutnya J

Penulis bisa ditemukan di:
Facebook : Blog Sang Pemimpi
Twitter : @alfha_sari4
Line & Instagram : alfhasari

Jumat, 29 April 2016

Buku Pertamaku



Buku Pertama Saya

Saya adalah seseorang mahasiswa yang tak tentu arah. Menjadi mahasiswa yang setiap harinya kupu-kupu (Kuliah Pulang-Kuliah Pulang). Tidak ada sesuatu yang menarik yang bisa saya kerjakan kecuali kuliah, kuliah dan kuliah.
Kebanyakan mahasiswa seperti saya menghabiskan waktu untuk jalan-jalan, nonton, belanja, bergonta-ganti gaya, dan semacamnya. Berbeda dengan saya yang keseharian waktu saya habiskan didalam kost.
Dengan keseharian saya yang itu-itu saja, membuat saya merasa bosan. Kehidupan yang monoton, tanpa gairah semangat. Berdiam diri didalam kost, tanpa ada yang dikerjakan. Hanya tidur-tiduran, makan, nonton film, dan main handphone selama berjam-jam.
Hal ini membuat hati dan pikiran saya memberontak seolah berkata, “Torehkanlah warna dikehidupanmu!” Saya berfikir dan mencari cara bagaimana agar hidup saya tidak monoton seperti ini lagi.
Saya harus bebas, saya harus bisa menjangkau dunia luas. Tapi ada yang mengganjal dihati saya, bagaimana caranya?
Suatu hari saya menghadiri seminar yang diadakan oleh salah satu UKM di kampus saya. Yang hadir tidak ramai dan tidak juga terlalu sepi. Termasuk saya yang penasaran dengan seminar itu.
Seminar itu bertemakan tentang pengembangan diri “Who Am I?”. Saya tertarik dengan judulnya untuk lebih mengenal diri sendiri. Ini merupakan seminar pertama yang saya ikuti selama saya berada di kampus ini.
Terlebih lagi karena kebetulan seminar ini diadakan secara gratis. Saya pun ingin ikut dan mengetahui bagaimana sih isi dari seminar ini. Saya berharap nanti ada yang dapat saya peroleh sesudah saya mengikuti seminar ini.
Seminar dibuka terlebih dahulu oleh ketua panitia dari UKM. Saking semangatnya mengikuti seminar perdana, saya memilih duduk di bangku paling depan. Karena memang saya terbiasa duduk selalu didepan.
Ketua panitia UKM ini merupakan mahasiswa kampus saya yang sebentar lagi akan lulus. Beliau juga kabarnya diberikan beasiswa oleh universitas untuk melanjutkan kuliah pascasarjananya di Jakarta. Namun sayangnya sampai detik ini saya lupa siapa nama ketua panitia itu.
Sebelum mulai ke materi pertama, beliau memberikan kami sedikit penjelasan tentang tema seminar. Dan beliau juga memberikan satu permainan intermezzo untuk kami, para peserta seminar.
Beliau memegang sebuah buku dan menunjukkannya kepada kami. Beliau berkata bahwa buku ini merupakan buku pertama yang Ia beli dan Ia baca. Dan buku itu akan diberikannya kepada kami.
Beliau menawarkan kepada kami, jikalau mau buku itu silahkan maju ke depan. Seakan bukan perintah, tidak ada yang berani maju ke depan termasuk saya. Beliau mengulang-ulang lagi tawarannya. Dan akhirnya saya berinisiatif untuk mengambil buku itu.
Saya maju kedepan dengan langkah yang masih sangat ragu. Beliau tersenyum dan langsung memberikan buku itu kepada saya. Beliau juga berkata, “semoga buku itu nantinya dapat membawa perubahan untukmu!” Semua peserta bertepuk tangan atas buku yang sudah diberikan kepada saya.
Tidak hanya itu, beliau juga berpesan agar banyak-banyak membaca. Terasa sekali dampaknya saat beliau bertanya kepada kami secara mengerucut. Berapa buku yang kalian baca selama sebulan? Tidak ada yang menjawab. Berapa buku yang kalian baca selama seminggu? Tidak ada juga yang menjawab. Berapa lembar yang kalian baca setiap hari? Juga tidak ada yang menjawab sama sekali.
Itu artinya bahwa tidak ada satupun peserta seminar yang membaca. Termasuk juga saya, saya tidak pernah membaca buku. Pun kalau membaca hanya buku paket pelajaran saja.
Sesudah menghadiri seminar itu, tentu saja saya mengalami perubahan. Apalagi sejak saya mendapatkan buku itu. Buku itu merupakan buku pertama yang saya terima. Dan juga merupakan buku pertama yang saya baca.
Sejak saat itulah saya mulai melakukan perubahan dalam diri saya. Dengan rajin membaca buku. Saya jadi suka ke gramedia untuk membeli buku. Meskipun per harinya saya masih membaca selembar demi selembar. Tetapi buku itulah yang mampu memotivasi saya sampai sekarang.
Selain membaca, saya mulai mencoba untuk menulis. Menulis tentang apapun. Sebenarnya dari SMP saya memang gemar menulis. Tapi kegemaran itu tidak saya lanjutkan dan itu membuat hidup saya selama berkuliah menjadi monoton.
Saya mulai menulis lagi, menulis cerpen, puisi maupun curhatan lainnya. Saya mulai membuat blog untuk saya isi dengan hasil tulisan saya. Tetapi blog saya hanya bersifat sementara.
Berulang kali saya menghapus blog yang saya buat. Karena saya pikir tulisan saya belum layak untuk di publikasikan. Terkadang juga saya membuat blog kembali dan saya isi lagi dengan tulisan. Begitulah seterusnya, buat-hapus buat-hapus blog saya lakukan selama saya berkuliah.
Entah kenapa semakin lama keinginan saya untuk menulis semakin kuat. Saya mengikuti berbagai pelatihan menulis. Mulai dari yang gratis dari kelas menulis online, sampai yang berbayar mahal.
Saya begitu termotivasi untuk menulis. Sebelumnya saya tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang penulis. Tapi semakin lama, tekad saya semakin kuat bahwa saya harus menjadi seorang penulis.
Sampai saat ini saya selalu berlatih menulis. Sampai akhirnya nanti saya bisa melahirkan karya-karya saya dan menginspirasi banyak orang.
Entah kenapa dalam dunia kepenulisan ini saya menemukan jati diri saya. Saya selalu mencari-cari tentang kepenulisan. Selain sebagai mahasiswa, saya juga mengisi kegiatan saya sehari-hari untuk menulis.
Tentu saja buku-buku yang saya beli sudah banyak terkumpul di meja belajar saya. Saya selalu membaca buku. Lebih lagi saya menjadwalkan buku yang harus saya beli dan baca, minimal dua buku dalam satu bulan.
Berkat satu buah buku pertama itu, merubah semua kehidupan saya. Saya menjadi termotivasi untuk menjadi seorang penulis. Kehidupan saya sekarang mulai bergairah dan bersemangat. Tentu saja saya harus tetap optimis dan menjaga konsistensi saya dalam menulis.
Perubahan besar yang terjadi dalam hidup saya. Tentu hanya karena satu buah buku. Terimakasih untuk Ketua Panitia yang saya lupa dengan namanya. Semoga Beliau selalu sukses dalam kehidupannya. Aamiin.
Lomba ini diikutsertakan dalam lomba menulis di blog Mukhofasalfikri.com dengan tema menulis pengalaman membaca