Senin, 09 Mei 2016

Sang Alfha Female



Pembawa acara OSPEK (Masta UMB) 2015. Sumber gambar : Pribadi.

Miris sekaligus bangga melihat bayi kecil nan imut yang bertahan hidup hingga usianya yang beranjak dewasa sekarang. Betapa tidak, saat bayi kecil ini sempat menggegerkan satu keluarga lantaran lemas kehabisan nafas sejenak.
Entah mungkin pingsan atau bagaimana, tapi bayi ini sempat tidak bernafas lagi dan hampir membiru. Dengan usianya yang masih bulanan. Membuat orang tuanya menangis tersedu-sedu melihat kondisi anaknya yang pertama dan satu-satunya. Selang beberapa menit kemudian, bayi kecil ini tertawa dan mulai membaik kembali.
Hingga akhirnya bayi kecil ini bertumbuh menjadi dewasa. Meskipun usianya yng sedang dalam tahap pergantian dari remaja ke dewasa ini masih saja dibilang kecil. Namanya adalah Alfha Sari.
Saya mendapatkan cerita ini dari orang tua saya. Mereka menceritakan kisah kecil saya dahulu, yang sempat membuat mereka khawatir. Yaa, tidak hanya di masa kecil, sekarang pun saya masih sering membuat kedua orang tua saya merasa khawatir.
Syukur Alhamdulillah hingga sekarang saya masih diizinkan Allah untuk melihat dunia. Bersyukur itu memang penting sekali. Apalagi mensyukuri hal-hal kecil, nikmatnya sungguh luar biasa.
Saya bersyukur telah diberikan kehidupan lagi, telah dipercaya untuk menjalankan kehidupan ini. Yang sebelumnya saya sempat membiru dan kehabisan nafas menurut cerita orang tua saya.
Itu artinya saya mampu untuk menjalani hidup ini. Mampu untuk hidup dan berjuang dengan rasa syukur dan tanpa keluhan. Begitulah yang selalu terbawa sampai sekarang. Ibu saya yang selalu mengajari saya bagaimana caranya berjuang tanpa putus asa. Dan ayah saya yang selalu mengajari saya untuk tetap tegar menerima ujian dan cobaan.
Saya bersyukur dikaruniai sepasang malaikat penjaga saya. Mereka yang membesarkan saya hingga sampai detik ini. Itu artinya saya tidak boleh mengecewakan mereka berdua. Apa yang mereka inginkan? Tidak lebih dari melihat anaknya bahagia. Apa yang harus dilakukan? Dengan cara membuat mereka bangga.
Saya anak pertama yang diberi nama ALFHA. Alfha artinya adalah pertama dan pemimpin. Orang tua saya menginginkan saya untuk sukses dunia akhirat. Mampu memimpin diri sendiri dan adik-adik untuk berjuang dalam kebaikan. Saya percaya bahwa saya adalah pemimpin.
Alfha juga dalam bahasa arab yaitu Alfun berarti seribu. Saya mendeskripsikan bahwa saya terlahir untuk menyebar seribu manfaat dan seribu kebaikan untuk orang-orang disekitar. Sungguh nama yang luar biasa dahsyat. Tujuan orang tua tidak lain dan tidak bukan adalah untuk kebaikan. Tidak ada orang tua yang tidak mau anaknya menjadi luar biasa. Saya harus kuat. Saya ditakdirkan oleh Allah untuk bertahan hidup. Tidak boleh mengeluh dan selalu bersyukur setiap waktu.
Begitupun untuk kita semua. Mari kita sama-sama bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Allah mempercayakan kita untuk hidup dan menjalani kehidupan. Itu artinya kita bisa berjuang didunia. Pantang menyerah dan tetap semangat untuk kita semua. Jadilah seorang pemimpin yang mampu memimpin diri sendiri.
Salam Imajinasi dari Sang Pemimpi!

Penulis bisa ditemukan di:
Facebook : Blog Sang Pemimpi
Twitter : @alfha_sari4
Line & Instagram : alfhasari

Jumat, 06 Mei 2016

Kontak Saya

Hay, Nama saya Alfha Sari Asnawi. Saya lahir pada tanggal 4 Oktober 1997. Saya adalah seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Selain mahasiswa saya juga seorang aktivis kampus, blogger, dan penulis.
Saya anak pertama dari empat bersaudara. Ibu saya bernama Elis Komariah dan ayah saya bernama Asnawi. Orang tua saya mempunyai nama anak-anak yang cukup unik, mulai dari saya Alfha Sari, adik perempuan saya yang kedua Betha Sagita Sari, adik laki-laki saya yang ketiga Gama Dian Ramadhan, dan adik laki-laki saya yang terakhir Delta Ripura Mandala.
Nama pena saya sebagai penulis yaitu Sang Pemimpi. Saya ingin sekali menjadi penulis hebat. Saya ingin berkarya lewat media, menjadi inspirator muslimah, dan menginspirasi semua orang.

Untuk sharing atau kepentingan lainnya, penulis bisa ditemukan di:
Facebook/Fanpage : Blog Sang Pemimpi
Twitter : @alfha_sari4
Email: alfhasari@gmail.com
Line & Instagram : alfhasari

Kamis, 05 Mei 2016

Semoga Itu Baik, InsyaAllah!



Sumber gambar : Google image riezelhijazi.blogspot.com

Beberapa waktu yang lalu saya membaca tulisan yang biasa diposting oleh salah satu akun di Line. Dan menurut saya judulnya sangat menarik sekali.
“Semoga itu baik, InsyaAllah”
Sebuah tulisan yang cukup panjang, yang menceritakan kisah seorang Raja dan seorang sahabatnya. Sahabatnya ini cukup dipercaya dikerajaan, dan Ia merupakan sahabat sejati sang raja. Karena Ia selalu ada saat suka maupun duka.
Suatu hari, mereka berdua pergi berburu ke hutan. Sang raja menemukan satu ekor hewan, dan segera ia membidiknya dengan panah. Tapi bidikannya itu melesat. Sang raja pun kesal, dan tiba-tiba ada satu anak panah yang entah darimana menembus tangan sang raja. Dan itu menyebabkan jari kelingkingnya mau tidak mau harus dipotong.
Sahabatnya yang iba melihat sang raja hanya berkata, “Semoga itu baik, InsyaAllah!” Mendengar jawaban sahabatnya yang semudah itu menjawab, sang raja pun murka. Ia malah memasukkan sahabatnya sendiri kedalam penjara kerajaan.
Didalam penjara-pun, sahabat hanya tersenyum dan berkata, “Semoga itu baik, InsyaAllah!” Karena sahabatnya didalam penjara, akhirnya sang raja memutuskan untuk berburu sendiri kedalam hutan. Namun tiba-tiba dia sampai ke suatu daerah yang masyarakatnya merupakan pemuja setan. Mereka menginginkan sang raja menjadi tumbal untuk diberikan kepada setan.
Melihat satu jari sang raja sudah tidak ada, masyarakat pun tidak jadi memberikannya kepada setan untuk tumbal. Karena tumbal itu harus lengkap raganya. Sang raja pun dibebaskan dari hutan.
Ia kembali ke kerajaan dan pergi menemui sahabatnya dan mengeluarkannya dari dalam  penjara. “Wahai sahabat, benar sekali ucapanmu. Dengan jariku yang terpotong dan ragaku yang tidak lengkap, akhirnya aku tidak jadi mati karena menjadi tumbal setan.”
Sahabatnya pun tersenyum mendengar ucapan sang raja. “Lalu, kenapa saat engkau dipenjara, engkau bilang itu baik?” tanya raja kembali.
“Jika aku tidak dipenjara dan ikut berburu bersamamu. Sudah pasti akulah yang akan mati menjadi tumbal setan itu. Karena ragaku yang lengkap!”
***

Apa inti yang bisa kita ambil dari cerita diatas?
SEMOGA ITU BAIK INSYAALLAH!
Tentunya segala sesuatu meskipun itu membuat kita celaka, pasti akan ada hikmah dibalik semuanya. Cerita ini mengajarkan kita bahwa hidup ini harus bersyukur dengan apa adanya. Menerima semua yang telah Allah berikan untuk kita.
Bersabar atas setiap cobaan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Karena dibalik setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan. Karena dibalik cobaan, pasti ada hikmah yang dapat kita petik pelajarannya.
Ada juga cerita lain, yang menceritakan tentang seseorang yang ingin sekali naik pesawat. Dia berjuang dengan sungguh-sungguh mengumpulkan uang hanya untuk bisa naik pesawat.
Saat semuanya dia rasa sudah cukup, ia sudah memesan tiket pesawat dan siap untuk berangkat. Namun ada temannya yang masih menginginkan dia berada ditempat ini. Temannya tidak mau ia pergi kemana-mana. Dia sangat menyayangi temannya dan merasa berat sekali untuk meninggalkannya.
Akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk berangkat. Dia merelakan keinginannya tentunya dengan berat hati demi temannya. Selang beberapa menit kemudian terdengar kabar bahwa pesawat yang hampir saja ditumpanginya tersebut meledak diudara.
Dia begitu bersyukur sekali karena dia tidak jadi berangkat. Karena kalau dia jadi naik pesawat yang sudah diimpikannya itu, mungkin dia sudah mati bersama puing-puing pesawat tersebut diudara.
***

Betapa hikmah itu sungguh sangat tak terduga sekali. Apapun yang sedang kita alami, apapun cobaan yang sedang kita hadapi. Berusahalah untuk tetap sabar. Karena pasti akan ada sesuatu yang indah yang akan diberikan oleh Allah.
Memang terkadang kita menyukai sesuatu tapi Allah tidak meridhoi kita. Bisa jadi juga kita tidak menyukai sesuatu itu, tapi itulah yang terbaik yang diberikan Allah untuk kita. Intinya adalah selalu bersyukur, menerima dengan apa adanya.
Sesuatu yang sangat pahit, akan terasa manisnya di ujung perjalanan apabila Allah menghendaki. Begitupun sebaliknya, saat kita menjalani manisnya kehidupan mungkin akan ada hal buruk yang menimpa kita. Tapi dibalik semua cobaan itu, Allah sudah menyiapkan yang terbaik untuk kita semua.
Selalu bersyukur, selalu semangat menjalani kehidupan tanpa keluhan. Allah selalu ada menjaga kita. Jika kita dekat dengan Allah, tentunya Allah juga akan lebih dekat dengan kita.
Salam Imajinasi dari Sang Pemimpi!

Penulis bisa ditemukan di:
Facebook : Blog Sang Pemimpi
Twitter : @alfha_sari4
Line & Instagram : alfhasari

Rabu, 04 Mei 2016

Teater Kepalsuan


TEATER KEPALSUAN
Created by; Alfha Sari Asnawi


Bertahan dalam kebohongan. Rasa peduli itu hanyalah topeng. Entah siapa diantaranya yang memainkan peran. Semua orang memiliki watak dalam perbedaan. Dan semuanya memiliki satu kesempatan untuk bermain. Memainkan kehidupan yang penuh kepalsuan. Cinta adalah api, api yang dibawa oleh semua orang tanpa diketahui tiap-tiapnya. Yang siap membakar hangus jiwa-jiwa tanpa taktik dalam berperan.
Hidup penuh dengan senyum orang-orang yang menghujat di belakang. Semuanya begitu. Manis rupanya tak sesuai dengan jiwanya. Seakan sangat rindang untuk berteduh, namun penuh kobaran dalam akar serta lapis-lapis batang. Menjatuhkan daun seakan tertimpa besi berat berkarat nan panas. Bukan malah bisa tertidur lelap dibawahnya. Hanya menimbulkan luka yang tak nampak tapi sakit luar biasa.
Berdekatan, berperan saling memerlukan kebersamaan. Memeluk erat satu dengan yang lain. Seperti saling memeluk bunga mawar. Semakin erat kau memeluk, bersiaplah untuk tertusuk lebih dalam dan menderita. Satu adegan ke adegan lain. Cantik rupanya menyembunyikan pisau tajam di belakang. Pisau yang entah untuk apa ia gunakan. Melukai lawan berperan atau melukai tangan sendiri.
Tentu tidak mungkin untuk menyakiti diri sendiri. Lebih baik lawan yang tertusuk pisau tajam daripada diri ini menderita. Tapi apa bisa dikata jika sang sutradara menghendaki dirinya sendiri untuk terluka. Pemeran seharusnya tahu apa adegan selanjutnya.
Semilir angin rupanya juga mendatangkan bau tak sedap. Setiap hembusan mengeluarkan hawa panas. Cinta adalah angin. Yang kapan waktu kamu bisa mati karena ketiadaan angin. Merasa tiap-tiap orang bermain sendirian dalam perannya. Semuanya memiliki jarak. Dekat namun sangatlah jauh disana. Jarak itu adalah KEPALSUAN.
Satu tak mengenali yang lainnya. Jiwanya pun tak bisa dikenali. Terombang-ambing mengikuti arah arus. Lalu terhempas oleh kerasnya batu karang di samudera nan luas. Air yang selembut itupun bukan lagi seperti air. Mengalir, mengikuti jejak sang pemeran utama. Tahukah? Dialah yang mengatur pemeran lain sesuai kehendaknya.
Dunia masih berjalan seperti biasa. Mungkin hanya duniaku yang gila. Salah menempatkan jiwa, beginilah akibatnya. Bermain sesuai kehendak pemeran utama. Tanpa bisa satupun gerakan yang membuat bebas tanpa aturan. Terhempas, terluka, terombang-ambing tak tentu arah karena apa? KEPALSUAN.

Senin, 02 Mei 2016

Sosok Inspiratif itu adalah Mama



This is my Mom

Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional. Hardiknas sendiri diperingati setiap tanggal 2 Mei. Bertepatan dengan hari lahir Ki Hajar Dewantara atau yang sering kita sebut dengan Bapak Pendidikan. Siapa yang tidak tahu dengan sosok pahlawan yang satu ini. Anak SD pun tahu, karena sering sekali fotonya dipajang didalam kelas. Hanya saja mungkin kita masih belum tahu sejarah tentang Beliau.
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang lebih kita kenal dengan Ki Hajar Dewantara. Dijuluki Bapak Pendidikan Nasional karena ajaran/semboyannya yang luar biasa. Tut Wuri Handayani (dibelakang memberi dorongan), Ing Madya Mangun Karsa (ditengah memberi semangat), dan Ing Ngarsa Sung Tuladha (didepan memberi contoh). Selanjutnya Tut Wuri Handayani terdapat dalam lambang pendidikan baju sekolah kita.
Begitulah sekilas tentang Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Berbicara mengenai pendidikan, tentu kita semua pertama kali mengenal pendidikan didalam lingkungan keluarga. Dan yang paling berperan dalam pengenalan pendidikan utama dari orang tua.
Biasanya yang paling dekat emosionalnya dengan kita yaitu ibu. Saya pernah membaca bahwa pendidikan utama itu dari ibu kita. Maka dari itu, seorang ibu haruslah cerdas dalam mendidik anak-anaknya.
Sosok inspiratif yang saya kagumi dan sampai saat ini saya banggakan yaitu Mama. Mama saya mengajarkan secara tidak langsung pentingnya pendidikan untuk kita sebagai wanita.
Karena kebetulan Mama saya adalah seorang pendidik. Dan yang dididik bukan hanya anak-anaknya, tetapi anak-anak calon penerus bangsa. Saya terinspirasi dari Beliau, dengan kegigihan Beliau memperbaiki status keluarga. Karena pada saat itu hanya Mama saya yang berhasil menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang tinggi dan menjadi pendidik hingga saat ini.
Untuk menyelesaikan pendidikan tinggi, tentunya keluarga Mama saya bukanlah orang yang berada. Berulang kali beliau bercerita tentang perjuangannya melawan arus kehidupan.
Arus panjang ke-tidak-mampuan dalam materi tak menyurutkan niatnya untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Dari kecil Beliau sudah dikenalkan dengan pahitnya kehidupan, sudah dikenalkan untuk mencari materi sendiri.
Hal itu tak membuatnya mengeluh ataupun menyerah dan membiarkannya terseret arus kehidupan. Beliau mampu bangkit sendiri, menjalani suka duka kehidupan dan menikmati sisa-sisa luka yang hampir mengering.
Perjuangannya sungguh menginspirasi saya, bahwa materi bukanlah penghalang untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Bahwa lingkungan atau kondisi keluarga yang tak mampu bukanlah penghalang untuk membebaskan diri dari belenggu kebodohan.
Keberhasilan itu tergantung pada mampu atau tidaknya diri kita melawan arus tersebut. Jika diri kita merasa tidak mampu dan memilih berhenti, maka siap-siap untuk terseret arus yang entah sampai dimana muaranya.
Saya akan selalu mengingat perjuangan Mama saya hingga Ia bisa menjadi seperti sekarang. Tentunya dengan mengingat hal yang pahit, bisa menjadi acuan semangat kita untuk terus bergerak. Karena jika kita tidak bergerak dan memilih diam ditempat, kita akan tenggelam di derasnya arus kehidupan.
Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional!

Penulis bisa ditemukan di:
Facebook : Blog Sang Pemimpi
Twitter : @alfha_sari4
Line & Instagram : alfhasari